
Banyak Kecurangan, Seleksi Masuk Kuliah Bisa Berubah?
Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) membuka kemungkinan untuk mengganti sistem seleksi masuk perguruan tinggi. Hal ini muncul setelah ditemukannya banyak kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025.
Menurut Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, sistem saat ini masih menggunakan SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru), namun mereka sedang melakukan evaluasi. Kalau dari hasil evaluasi memang perlu perubahan, maka sistem seleksi bisa saja diganti di masa depan.
Sementara itu, Trina Fizzanty dari BRIN menyampaikan bahwa sistem pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada nilai akademik, tetapi juga harus membentuk karakter. Ia menekankan pentingnya kejujuran dan integritas, apalagi setelah banyaknya kasus kecurangan yang mencerminkan masih lemahnya penanaman nilai moral dalam pendidikan.
Trina juga menyarankan agar seleksi masuk perguruan tinggi tidak hanya menilai kemampuan akademik, tetapi juga memperhatikan rekam jejak karakter dan keterlibatan sosial para calon mahasiswa.
Di sisi lain, panitia SNPMB mengungkapkan adanya kecurangan di 13 pusat UTBK, termasuk penggunaan joki, pemalsuan dokumen, hingga kerja sama dengan oknum dari lembaga bimbingan belajar. Semua kasus ini sudah dilaporkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Kesimpulan
Banyaknya kasus kecurangan dalam UTBK 2025 membuat pemerintah mempertimbangkan perubahan sistem seleksi masuk perguruan tinggi. Evaluasi sedang dilakukan untuk melihat apakah sistem yang ada masih relevan dan adil.
Selain itu, ada dorongan agar seleksi tidak hanya berdasarkan nilai ujian, tetapi juga menilai karakter dan kejujuran calon mahasiswa. Tujuannya agar generasi muda Indonesia tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas tinggi.
Jadi, buat kamu yang sedang mempersiapkan masuk kuliah, tidak hanya belajar soal pelajaran, tapi penting juga membangun karakter yang baik. Karena ke depan, dunia pendidikan mungkin akan lebih menghargai proses dan nilai kejujuran, bukan hanya hasil.