Pengalaman Saat menjadi Mahasiswa Baru

Perkenalkan, nama saya Sadriana Estisono. Sekarang saya sedang menempuh kuliah di Universitas Indonesia jurusan manajemen angkatan 2013. Pengalaman saat menjadi maba tentu saja sangat banyak dan akan selalu saya ingat. Mulai dari ospek, tugas-tugas, teman, dan kegiatan maba lainnya. Di Universitas Indonesia (UI), ada serangkaian ospek yang diadakan. Mulai dari ospek universitas hingga fakultas. Untuk ospek universitas sendiri, di UI bernama Orientasi Kegiatan Kampus (OKK). Saya mempunyai pengalaman unik saat itu. Saya bukan berasal dari Jakarta, saya berasal dari Makassar. Di OKK, para maba diharuskan untuk membentuk sebuah kelompok sendiri dan mewawancarai senior terkait tugas yang diberikan. Saat mencari kelompok, maba difasilitasi grup facebook dan saya pun mencari teman kelompok lewat grup itu. Akhirnya, saya mendapatkan teman kelompok dan mulai chatting dengan dia (saat itu dia dalah ketua kelompok. Saya berbicara dengan “aku-kamu”, sedangkan dia menggunakan “lo-gue”. Kebetulan dia adalah seorang laki-laki. Kemudian, dia menegur saya untuk berbincang menggunakan “lo-gue” saja dibanding “aku-kamu” karena “aku-kamu” biasanya digunakan untuk lawan jenis yang berpacaran. Saya pun baru mengetahui hal itu berhubung saya bukan anak Jakarta hahaha. Dan sejak saat itu saya mulai menggunakan “lo-gue” untuk berbicara dengan teman-teman saya.

Untuk ospek fakultas, di FEUI bernama OPK. Di OPK FEUI, maba diberi tugas awal untuk membuat nametag, buku angkatan, tas, dan map. Pengalaman menarik yang saya dapatkan adalah ketika membuat atribut-atribut tersebut karena untuk membuatnya sangat sulit dan menantang. Ditambah lagi, kami masih harus mengerjakan beberapa esai untuk tugas. Walaupun memang banyak yang harus dikerjakan, namun itu semua membantu para maba untuk menghadapi kehidupan kampus yang nyatanya memang banyak akan tugas, presentasi, makalah, dan sebagainya.

Berada jauh dari rumah, tentu agak susah awalnya bagi saya. Yang dulunya tiap hari selalu bertemu orang tua, disiapkan makanan, tidak perlu memikirkan pekerjaan rumah, atau tidak perlu memikirkan tentang cucian, sekarang malah harus berkutat dengan itu semua. Belum lagi, di awal kuliah, saya harus beradaptasi dengan lingkungan. Mulai dari bahasa, sistem akademik, pergaulan, pertemanan, dan keadaan sekitar. Untungnya, saya tipe orang yang agak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya mencoba berteman dan terbuka dengan siapa saja, mengikuti berbagai kepanitiaan dan organisasi, serta saya juga mengikuti paguyuban daerah saya. Bagi saya pribadi, paguyuban daerah sangat berguna untuk kehidupan di kampus. Selain sebagai teman untuk di awal perkuliahan (karena menggunakan bahasa dan kebiasaan yang sama), paguyuban bisa menjadi sumber saran untuk masalah perkuliahan. Misalnya, saat bingung untuk memilih dosen, kita bisa bertanya kepada senior di paguyuban yang satu jurusan dengan kita. Paguyuban daerah juga membantu saya untuk mengatasi homesick karena kami bisa bercengkerama seperti layaknya saya ketika berada di kampung halaman.

Karena saya berasal dari luar Jakarta, berarti saya merupakan anak rantau dan harus memilih kos sebagai tempat tinggal. Saat memilih kosan, ada beberapa kriteria yang saya terapkan, yaitu:

Budget

Kosan yang dipilih harus sesuai dengan  biaya (budget) yang kita miliki. Sebaiknya pula, kita jangan memilih kosan yang melebihi budget kita apabila orangtua memang menetapkan biaya tertentu untuk tempat tinggal. Tidak perlu khawatir jika budget tidak terlalu besar karena pasti ada berbagai kosan di sekitar kampus dari harga terendah hingga tertinggi. Di UI, ada asrama UI yang mematok harga 1 kamar hanya Rp 200,000 per bulan (info terakhir yang saya dapat)

Jarak

Kriteria lain adalah jarak. Menurut saya ini sangat penting karena saya tidak memiliki kendaraan pribadi selama saya berada di Depok. Di UI, ada berbagai nama daerah kosan, seperti Kukusan Teknik (Kutek), Kukusan Kelurahan (Kukel), Pondok Cina (Pocin), dan Kober. Fakultas saya berada paling dekat dengan Kutek, sehingga saya memfokuskan pencarian kosan di daerah Kutek. Saya bisa saja mencari kosan di daerah lain, namun saat ke kampus saya perlu naik ojek atau bis kuning (bikun) untuk kesana dan bagi saya itu kurang efisien. Sedangkan, jika saya di Kutek, saya bisa jalan kaki dari kosan ke kampus karena jarak yang dekat.

Fasilitas

Fasilitas cukup penting bagi saya, walaupun kebanyakan fasilitas berbanding lurus dengan harga. Fasilitas yang saya maksud disini, seperti apakah akan memilih kosan dengan WC dalam atau tidak, adanya AC atau tidak, apakah memilih kosan yang khusus perempuan semua, khusus laki-laki semua, ataukah campur laki-laki dan perempuan, dan sebagainya.

Saran saya untuk adik-adik I’m Smart 2015, kalian harus menjadikan momen kuliah ini menjadi momen yang paling bermakna dan menguntungkan untuk mengembangkan diri. Jadikan perkuliahan sebuah jenjang yang nyaman dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan, serta menjalani hobi yang diminati. Berusahalah untuk membuka diri dan berteman dengan siapa saja, jangan hanya teman satu jurusan atau fakultas, namun cari juga yang lintas fakultas untuk memperluas koneksi yang tentunya sangat berguna untuk masa pasca-kuliah atau kerja. Jangan pula melupakan akademik karena walaupun banyak yang bilang bahwa nilai bukan segalanya, namun ketika mendaftar kerja nantinya, hal yang pertama dilihat perusahaan adalah nilai kita. Yang terakhir, jangan sia-siakan kesempatan untuk berkuliah karena ada orang di luar sana yang ingin menduduki bangku kuliah, namun sayangnya tidak bisa mendapatkan kesempatan tersebut dan tetap semangat! XX

40 replies

Comments are closed.